Pagi
menerkamku
Rembulan mengulitiku
Batas kian nyata, aku berdiri tak sekokoh
kala pertama aku menumpahkan
sejuta warna pelangi.
Kau bercermin di baliho langit
Nyanyi rinduku
membidik butir fatamorgana...semu memudar
awan jingga menunggu di balik bukit yang resah
Pernahkah kau membuka catatan langit ?.
Sang detik yang melangkah surut,
saat kau sebinal merpati jalang
mencari ranting hijau, sekedar memejamkan mata
lantas kau mulai meluruhkan kisah lama
Kau bagai sang ratu..
Bergaun warna warni, berenda decak kagum
dari sejuta daun dan bunga di taman
Akasia tak lagi sempat melepas kerontang daunya
Lantaran angin sejuk kau tebarkan
pada tiap penjuru bumiku yang melekang
Namun hati adalah metamorfosis manusia
Perjalanan sang hari selalu berteriak bisu
Kau terjerambab dalam lingkaran tak berujung
tanpa sebelah
tanganku kau gapai...
Teriak sang kenari
Liuk dahan dan ranting, tak lagi
berkencan dengan kupu dan kecupan mesra
Bukit bukit hatimu tak lagi menjuangkan
cumbu rayu,hanya bergaun resah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar