Senin, 17 Desember 2012

Isi Hati


Untukmu di sana

Malam berrenda sepi...
dingin dan pekatnya tak sekalipun
memasang telinganya
agar aku mampu menyanyikan lagu rindu
bagai sang pujangga, berdiri di halaman rumah
bambunya....menunggu rembulan tersunting
hingga sorot lampu jalan meredup

malam semakin jauh meniti jarum detik
cicit anak burung Peking sesekali mengoyak
udara malam, Akasia semakin terbungkam bisu
dalam wajah sang malam,satu kali kerinduan
terus mengalir dalam nadi darah

untukmu di sana,
untukmu lampu jalan aku benderangkan
udara malam tak akan berjelaga lagi
untukmu di sana...
aku dalamsepi....(Semarang, 17 Desember 2012)


sang abang becak dan koruptor

peluh tiada pernah berkesah dalam tubuhnya.....
sederetan kayuh langkah menyibak apa yang ada di depan
melibas rintangan....meluruhkan badai, dalam nanar mata
dan kering merontang warna kulit tubuh
tiada satu lembar catatan hidup menjinjing seloroh
tentang damai sang rembulan dan mentari, serta sejuk
padang gersang berimbun belalang durjana

satu dua kali sang waktu rebah dalam asa terjinjing
namun selaksa jarum detik liar mengoyak sendi tulangnya
manusia manusia kecil itu tetap menoreh hidup...
melewati kubangan lumpur di tengah aspal jalan kuat menikam
dia melepas hari harinya,dengan sigap dan hati seluas
telaga berisi nyanyi rindu pada bilah hidup
bagai fatamorgana namun kuat menghimpitnya

sang abang becak, lebih berharga dari sang koruptor
sang abang becakmemetikwarna pelangi dari sisi hati ikhlas
sang koruptor menawan sayap sayap hitamnya sendiri.....
di jelaga langit sisi cakrawala, penuh hujatan dari hatinya sendiri
namun jantung sang koruptor ibaratnya besi baja
keras dan tegar, bagai karang pantai selatan

sang abang becak menyeka peluhnya untuk hari esok
bukan untuk nafas nafas durjana di balik tirai besi
lepaskan hatimu yang belum rapi,sang abang becak ?
nantikan ada hari berornamen bidadari, di indraloka
saat kau rebah disisiNYA...(Semarang,17 Desember 2012)


pantai cintamu

pantai ini masih menerbangkan memori
saat riuh daun nyiur melempar senyum
pada angin laut, bersama kawanan camar
aku datang dengan rentang kedua tangan
pantaimu bergincu eksotis hidup yang berepisode
cinta asmara ..gadis dan perjaka

di pantai kotamu,
buih laut tak kuasa menghardik kedua kakiku
angin "kumbang" terus menawarkan sari sari hidup
agar engkau dan aku terlena dalam buai dewa dewi
aku kokohkan peluk cium, sekokoh gelora ombakpntai

kau tak pernah surut....
dalam memainkan lakon anak anak manusia
yang mengemas hati ini dalam kado hidup
dalam boulevard berhias ornament 2013
saat kau dan aku mulaimengokohkan tulang sayap
agar satu dua pulau disebrang tal letih direngkuh

kita adalam manusia kecil
namun kita adalah dua hati pemilik awang awang kumitir
saat sang arjuna meminang Dewi Supraba,denga harum canda
kau semakin jantan...aku tak berdaya...
(Tegal,  28 Juli 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar