Memburu KaruniaMU
Aku kembali
terkapar….sementara…..
Langit masih menampakan kain
sutra biru berenda
syahdu……
Di bawahnya bersusun angin yang
meniup keteduhan
Tangga menuju pintuMU…
Telah aku sandarkan pada…
telaga bertepi untaian bulu
gagak…
sementara aku biarkan mandi
didalamnya
Aku terbangkan dengan nafas yang
membulat
Agar menjauh dari “cermin miliku
sendiri”
Atau aku yang hanya berani……
Mengayuhkan perahu berlayar
getir
Berpilar duka lara
Sauh yang hanya untuk miliku
Tertambat pada bingkai hari yang
menjauh
Sementara peluhpun memburu tepi
tiada akhir
Aku lontarkan gemuruh nyanyian
pilu
Agar terasa lega apa yang masih di
tengah awan mendung
Aku coba mengaitkan pada seribu
bidadari
Bermandi air sorga penuh warna
Tapi kembali, aku terjaga
Di tepi peraduan yang hampa
menista
Aku kembalikan pula sebuah
hasrat
Meraut ujung senja berlatar roda
jaman bergigi tajam
Telikunglah aku…hingga penuh
makna.
Semarang, 13 September 2010
Biarkan Aku Liar,
Biarkan seribu kuda binal
Berotot dalam hempasan apa yang
di depan
Berkaki menebarkan debu yang
menghitamkan wajah
Biarkan pula langit berjelaga.
Bergambar debu gunung yang liar
Biarkan fatamorgana di kaki
langit
Akan aku robek
Layaknya pengantin putri yang
berkhianat
pada jejaka di malam penganten
Biarkan pula aku tumpahkan
telaga
Yang menyimpan seribu kebohongan
Akan aku tusuk juga mata burung
hantu
Yang tak berkedip memandangku.
Akupun lari sekencang anganku
Merengkuh Jonggringsaloko tempat…..
Bidadari dan para dewa mengatur
nafasnya
Akan aku tebas pula dengan nafsu
amarah
Peraduan Gondo Mayit, tak
perduli amarahnya
Ratu demit Bathara Durga,
Lantaran diapun takut dengan
demit di hatiku
Aku dan hanya aku……
Yang mencoba melemparkan Ismoyo
Agar tiada penghalang lagi
Untuk terus liar yang kugalang..
Tuhan…..akupun bertepi.
Semarang, 13 September 2010
Larut Dalam Bening
Aku jadi larut…
Menjadi memudar ..segala yang
meratap
Telah aku penuhi juga
Perjalanan menyebrang tujuan dalam hati
Menyelnap tiap lekukan tubuhku
Aku jadi dikemas daun yang
melekang
Telah pula aku langkahi
Untuk satu mahkota bersusun
seribu
Aku tiada arti
Hingga Tuhan sendiri memberiku
arti
Semarang, 13 September 2010
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar