Kamis, 15 November 2012

Menggapai Kemenangan



Memburu KaruniaMU

Aku kembali terkapar….sementara…..
Langit masih menampakan kain sutra biru berenda
syahdu……
Di bawahnya bersusun angin yang meniup keteduhan
Tangga menuju pintuMU…
Telah aku sandarkan pada…
telaga bertepi untaian bulu gagak…
sementara aku biarkan mandi didalamnya

Aku terbangkan dengan nafas yang membulat
Agar menjauh dari “cermin miliku sendiri”
Atau aku yang hanya berani……
Mengayuhkan perahu berlayar getir
Berpilar duka lara

Sauh yang hanya untuk miliku
Tertambat pada bingkai hari yang menjauh
Sementara peluhpun memburu tepi tiada akhir
Aku lontarkan gemuruh nyanyian pilu
Agar terasa lega apa yang masih di tengah  awan mendung
Aku coba mengaitkan pada seribu bidadari
Bermandi air sorga penuh warna

Tapi kembali, aku terjaga
Di tepi peraduan yang hampa menista
Aku kembalikan pula sebuah hasrat
Meraut ujung senja berlatar roda jaman bergigi tajam
Telikunglah aku…hingga penuh makna.

Semarang, 13 September 2010


Biarkan Aku Liar,

Biarkan seribu kuda binal
Berotot dalam hempasan apa yang di depan
Berkaki menebarkan debu yang menghitamkan wajah
Biarkan pula langit berjelaga.
Bergambar debu gunung yang  liar

Biarkan fatamorgana di kaki langit
Akan aku robek
Layaknya pengantin putri yang berkhianat
pada jejaka di malam penganten

Biarkan pula aku tumpahkan telaga
Yang menyimpan seribu kebohongan
Akan aku tusuk juga mata burung hantu
Yang tak berkedip memandangku.

Akupun lari sekencang anganku
Merengkuh Jonggringsaloko tempat…..
Bidadari dan para dewa mengatur nafasnya
Akan aku tebas pula dengan nafsu amarah
Peraduan Gondo Mayit, tak perduli amarahnya
Ratu demit Bathara Durga,
Lantaran diapun takut dengan demit di hatiku
Aku dan hanya aku……
Yang mencoba melemparkan Ismoyo
Agar tiada penghalang lagi
Untuk terus liar yang kugalang..
Tuhan…..akupun bertepi.

Semarang, 13 September 2010

Larut Dalam Bening

Aku jadi larut…
Menjadi memudar ..segala yang meratap
Telah aku penuhi juga
Perjalanan menyebrang  tujuan dalam hati
Menyelnap tiap lekukan tubuhku
Aku jadi dikemas daun yang melekang

Telah pula aku langkahi
Untuk satu mahkota bersusun seribu
Aku tiada arti
Hingga Tuhan sendiri memberiku arti

Semarang, 13 September 2010

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar