Senin, 19 November 2012

K e c e w a



Mengapa tiada lagi kini,
Kain selimut malam biru bertepi selaksa khayal
Kau sandarkan “benang – emas”  lurus menuju....
Indrakila hunian para bidadari,

Aku akan melangkah surut,
Tiada yang kusimpan dalam kantong baju
Hanya seutas janji Sang Arjuna pada Dewi Supraba
Aku hanya bergayut di tepian
Penuhilah jalinan kuning keemasan, yang menertawai aku
Kau ikat saja kuat kuat,
Agar gerimis tiada meninjing badai

Akupun hanya mampu menyuguhkan
Seribu batas langit, percik air telaga yang
menepiskan rambut emas sang mentari.
Kau ikatkan aku pada kanvas tanpa warna
Bergambar “Kolonjono”  bertaut debu membara
Lantas meranggas, akupun hanya memilki sebuah
warna.....hingga telah sampai
tengah malam yang tak berbintang.
Kau sambut dengan senyemu,
Yang terindah...yang pernah kulihat

Jangan kau salahkan “sedap malam”
bila di pagi hanya tertunduk lesu
tapi usunglah keranjang pilu beralas galau
lantas kau tumpahkan...ada tiap detik
yang berdebu yang aku buru.
Sehingga kau kecewa dan jelas tergambar
pada setiap lekuk tubuhmu

(Semarang, 10 Desember 2011) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar